Indonesia mempunyai segudang film yang menarik, namun sayangnya ada masa seakan-akan perfilman Indonesia kehilangan jiwanya, banyak film diproduksi asal-asalan, hanya menampilkan wanita-wanita seksi dengan jalan cerita yang monoton, syukurnya beberapa tahun belakangan ini film Indonesia mengalami kemajuan yang pesat seperti bangkit dari tidur panjangnya. Tetapi terlepas dari semua itu ternyata ada juga lho film di Indonesia yang mempunyai kualitas cap jempol dan sudah melalang sampai keluar negri. Iniah beberapa film Indonesia yang berkualitas yang tidak banyak orang tahu
Tjoet Nja ’Dhien, 1988
Film Indonesia pertama yang dipilih untuk pemutaran di Festival Film Cannes yang terkenal dan memenangkan beberapa penghargaan, Tjoet Nja ’Dhien didasarkan pada kisah nyata perjuangan rakyat Aceh untuk kebebasan melawan tentara kolonial Belanda. Diproduksi pada tahun 1988, film ini berfokus pada kehidupan Tjut Nyak Dhien, pemimpin gerilya wanita Aceh, dan periode antara kematian suami keduanya dan penangkapannya oleh Belanda.
Perempuan Punya Cerita , 2008
Dirilis pada 2008, Perempuan Punya Cerita menggambarkan empat wanita Indonesia di lokasi berbeda, semuanya berjuang dengan kehidupan mereka yang terpinggirkan. Sebuah film yang menyoroti isu-isu seputar perdagangan anak, seks remaja, aborsi dan AIDS. Meskipun menghadapi kritik dari berbagai pihak.
Lewat Djam Malam , 1954
Awalnya ditayangkan pada tahun 1954, film ini menceritakan tentang kembalinya seorang revolusioner ke kehidupan sipil setelah Indonesia mencapai kemerdekaan dan kekecewaannya pada korupsi yang ia temukan. Sebuah film dengan nilai budaya dan sejarah yang besar, disutradarai oleh Usmar Ismail, seorang pelopor sinema Indonesia dan dirinya seorang prajurit selama Revolusi. Film ini juga film Indonesia pertama yang dibuat khusus untuk diputar di luar negeri.
Arisan! , 2003
Film pertama yang menunjukkan ciuman di antara dua pemeran utama pria. Arisan! adalah sebuah film komedi di Jakarta yang menyoroti tema seputar homoseksualitas, persahabatan dan perzinahan. Pemenang dari enam penghargaan utama di Festival Film Indonesia (FFI), film ini berubah menjadi serial televisi. Bagi Anda para pecinta teknologi di luar sana, ini juga merupakan film Indonesia pertama yang menggunakan peningkatan warna definisi tinggi.
Sang Penari (Penari), 2011
Berdasarkan trilogi novel yang terkenal oleh Ahmed Tohari, Sang Penari berfokus pada kisah cinta antara dua remaja, Rasus dan Srintil, yang tinggal di sebuah desa miskin di Jawa Tengah pada 1950-an. Akhirnya, keduanya berpisah karena Rasus pergi untuk bergabung dengan tentara dan kemudian terjadi kudeta politik, dan kita harus mencari tahu apakah cerita cinta mereka akan selamat dari perpisahan. Memenangkan empat penghargaan FFI termasuk gambar terbaik, film ini memberi penonton wawasan tentang tahun-tahun awal era Orde Baru.
November 1828, 1979
Film Indonesia pertama yang terkenal secara internasional dan menampilkan potensi industri film negara ini, November 1828 menggambarkan kisah sebuah desa dalam perjuangannya melawan Belanda dalam Perang Jawa. Dirilis pada 1979, film ini menyentuh tema nasionalisme, kesetiaan, dan pengkhianatan, dan dengan biaya Rp 240 juta, film ini merupakan film Indonesia termahal yang pernah dibuat pada saat itu. Pemenang enam penghargaan Citra di FFI, termasuk film terbaik dan sutradara terbaik, dianggap sebagai karya klasik dalam sejarah perfilman Indonesia.
Pengantin remaja, 1971
Kisah asmara klasik, Romi dan Juli (Romeo dan Juliet anyone?) film ini mengisahkan tentang percintaan diantara anak muda, tetapi orang tua Juli menentang cara gaya hidup Romi di luar negeri. Dirilis pada tahun 1971, dua aktor utama adalah pasangan dalam kehidupan nyata.
The Look of Silence, 2014
Ini adalah kelanjutan dari Film Act of Killing, sebuah film dokumenter tentang pembersihan komunis Indonesia tahun 1960-an. Adi, seorang ahli kacamata, sedang mencari informasi tentang pembunuhan saudaranya. Dia harus menemukan pemimpin regu kematian yang mengambil bagian dalam pembunuhan massal orang-orang yang dicurigai memiliki afiliasi komunis dan menerima kesepakatan dengan kurangnya tanggung jawab yang mereka rasakan untuk pembersihan. Pemenang Grand Jury Prize di festival film Venice bersama dengan sejumlah penghargaan lainnya, rilisnya disponsori oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Indonesia dan Dewan Kesenian Jakarta.
Sebenarnya masih banyak lagi film Indonesia yang berkulitas, tetapi yang disampaikan disini karena beberapa aspek. Ok bila kalian punya rekomendasi film Indonesia yang berkualitas tetapi tidak banyak diketahui oleh orang silahkan komen dan sharing dikolom komentar.